Perang Perbatasan Afrika Selatan
Perang Perbatasan Afrika Selatan mengacu pada konflik yang terjadi dari tahun 1966 hingga 1990 terutama di Afrika Barat Daya (sekarang Namibia) antara Afrika Selatan di satu sisi dan Organisasi Rakyat Afrika Barat Daya (SWAPO) dan sekutunya di sisi lain.
Akar konflik dapat ditelusuri kembali ke Perang Dunia I, ketika Afrika Selatan menginvasi dan menaklukkan koloni Afrika Barat Daya Jerman atas nama Kerajaan Inggris dan Sekutu Perang Dunia I lainnya. Setelah kekalahan Jerman, Liga Bangsa-Bangsa memberikan mandat kepada Afrika Selatan untuk mengelola wilayah itu sampai penduduknya siap untuk memerintah diri mereka sendiri.
Setelah Perang Dunia II, Afrika Selatan menolak untuk menyerahkan Afrika Barat Daya ke dalam usulan perjanjian Perwalian Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sebaliknya meminta hak untuk mencaploknya sebagai provinsi kelima. Langkah-langkah diambil untuk mengintegrasikan Afrika Barat Daya ke Afrika Selatan, termasuk memberikan hak kepada penduduk kulit putih setempat untuk memilih perwakilan ke Parlemen Afrika Selatan.
Pada tahun 1962, SWAPO dibentuk untuk menentang pemerintahan Afrika Selatan dan mengajukan petisi untuk kemerdekaan Afrika Selatan-Barat. Dengan dukungan dari Uni Soviet, SWAPO mulai melatih gerilyawan dan dari tahun 1966 dan seterusnya sering bentrok dengan polisi dan tentara Afrika Selatan. Perang memasuki fase baru pada tahun 1975, ketika Angola memperoleh kemerdekaan dan pemerintah komunis barunya mulai memberikan dukungan kepada para gerilyawan. Pasukan Afrika Selatan melancarkan serangan ke Angola untuk menghancurkan pangkalan SWAPO, yang menyebabkan pertempuran dengan tentara Angola. Kuba, yang telah mengirim pasukan untuk mendukung pemerintah Angola, terlibat langsung dalam beberapa pertempuran ini.
Pada tahun 1988, Afrika Selatan, Angola, dan Kuba menandatangani Kesepakatan Tripartit yang mengikat mereka pada perdamaian. Kuba setuju untuk menarik diri dari Angola jika Afrika Selatan menarik diri dari Afrika Selatan-Barat dan memberikan kemerdekaan wilayah itu. Afrika Barat Daya memperoleh kemerdekaan sebagai Namibia pada awal tahun 1990.
Pertanyaan dan Jawaban
T: Apa yang dimaksud dengan Perang Perbatasan Afrika Selatan?
J: Perang Perbatasan Afrika Selatan adalah konflik yang terjadi dari tahun 1966 hingga 1990 terutama di Afrika Barat Daya (sekarang Namibia) antara Afrika Selatan di satu sisi dan Organisasi Rakyat Afrika Barat Daya (SWAPO) dan sekutunya di sisi lain.
T: Apa akar dari konflik ini?
J: Akar konflik ini dapat ditelusuri kembali ke Perang Dunia I, ketika Afrika Selatan menginvasi dan menaklukkan koloni Afrika Barat Daya Jerman atas nama Kerajaan Inggris dan sekutu-sekutu Perang Dunia I lainnya.
T: Bagaimana SWAPO berdiri?
J: Pada tahun 1962, SWAPO dibentuk untuk menentang kekuasaan Afrika Selatan dan mengajukan petisi untuk kemerdekaan Afrika Barat Daya. Dengan dukungan dari Uni Soviet, SWAPO mulai melatih para gerilyawan dan sejak tahun 1966 dan seterusnya sering bentrok dengan polisi dan tentara Afrika Selatan.
T: Bagaimana Kuba terlibat dalam perang ini?
J: Pada tahun 1975, ketika Angola memperoleh kemerdekaan dan pemerintah komunis barunya mulai memberikan dukungan kepada gerilyawan, Kuba mengirim pasukan untuk mendukung pemerintah Angola yang menyebabkan keterlibatan langsung dalam beberapa pertempuran dengan tentara Angola.
T: Perjanjian apa yang mengakhiri perang ini?
J: Pada tahun 1988, Perjanjian Tripartit ditandatangani oleh Afrika Selatan, Angola, dan Kuba yang berkomitmen untuk berdamai. Perjanjian ini menyatakan bahwa jika Afrika Selatan menarik diri dari Afrika Barat Daya dan meminta kemerdekaan, maka Kuba akan menarik diri dari Angola.
T: Kapan Namibia memperoleh kemerdekaan?
J: Namibia memperoleh kemerdekaan pada awal tahun 1990 sebagai hasil dari Kesepakatan Tripartit yang ditandatangani oleh Afrika Selatan, Angola, dan Kuba.